Cerita Korban Banjir Luwu yang Rumahnya Hanyut Terbawa Arus, Kini Menanti Perbaikan

Cerita Korban Banjir Luwu yang Rumahnya Hanyut Terbawa Arus, Kini Menanti Perbaikan

LUWU, KOMPAS.com – Dua pekan pasca banjir dan longsor yang menerjang 13 kecamatan di Luwu, Sulawesi Selatan, Jumat (3/5/2024) lalu, membuat sejumlah rumah warga rusak berat bahkan hanyut terbawa air. Salah satu misalnya rumah milik Rahman (31) di Desa Marinding, Kecamatan Bajo Barat. Saat banjir menerjang, tak satupun perlengkapan dan perabot rumah yang bisa diselamatkan, kecuali keluarganya yang masih bisa diselamatkan. Menurut Rahman, saat terjadi banjir, dia dan saudaranya pergi ke kebun, sementara istri dan 2 orang anaknya tinggal di rumah.

“Malam itu banjir yang datang sempat surut, namun beberapa saat kemudian terjadi susulan, kalau tidak salah sebanyak 5 kali susulan karena beberapa kali saya cek rumah selalu surut. Namun, terakhir kali banjir sudah tidak surut malah tambah naik sehingga saya evakuasi istri dan 2 anak saya, yang satunya masih bayi,” kata Rahman, saat dikonfirmasi, Kamis (16/5/2024). Rahman menuturkan, dirinya mengevakuasi istri dan anak-anaknya dalam kondisi hujan deras dan gelap, air pun datang dari beberapa penjuru menghantamnya. “Kami menerjang banjir dengan ketinggian setinggi dada dengan membawa istri dan anak, kondisi air sangat deras ada dari arah jalan, dari belakang rumah dan dari arah sungai sehingga kami sangat kesulitan. Kami teriak tapi semua orang ingin menyelamatkan diri. Jadi, kami tetap berjalan berusaha melewati terjangan banjir,” ucap Rahman. Terjangan banjir yang dilewatinya cukup membahayakan. Sebab, di depan dengan kondisi arus deras, beberapa rumah sudah hancur terbawa arus. “Kayu-kayu perabot rumah sebagian sudah lewat bahkan nyaris menghantam kami. Tapi, syukurlah begitu kami mendapat jalan yang sudah agak tinggi dengan tinggi air sekitar 1 meter, kami lanjutkan perjalanan ke rumah warga yang agak tinggi untuk mencari tempat aman di sana,” ujar Rahman. Pada subuh dini hari, air mulai surut namun masih dengan ketinggian sekitar 80 sentimeter. Rahman mencoba ke rumahnya untuk menyelamatkan barang-barangnya, namun saat tiba di rumahnya, sudah tidak ada lagi. “Saat itu saya sudah tidak melihat lagi rumah, semua sudah hanyut terbawa air, sudah rata dengan tanah, saya pun kembali ke tempat pengungsian dengan perasaan yang penuh tangis, kami mau tinggal di mana lagi,” tutur Rahman. “Sejak kejadian itu kami mengungsi di rumah keluarga sambil menanti upaya dan bantuan pemerintah terutama kami yang kehilangan rumah, kami sangat berharap pemerintah memberikan solusi jalan terbaik bagi kami,” tambah Rahman. Rahman mengaku selama dalam proses pengungsian dirinya menerima bantuan berupa sembako dari pemerintah dan relawan yang membawa bantuan.

“Kalau kebutuhan hidup sehari-hari cukup, hanya saja untuk tempat tinggal kami masih menumpang,” ujarnya lagi. Sepekan setelah banjir, pihak TNI 721 Makkasau dikerahkan untuk membersihkan rumah warga dan fasilitas umum dari sampah sisa banjir dan lumpur yang menggenangi permukiman warga. Atas bantuan TNI 721 Makkasau, Rahman kini sedikit bernapas lega dengan perbaikan rumah yang bersifat sementara. “Sekarang sudah bisa kami tempati untuk tidur atau beristirahat karena memang kondisinya kecil yang penting untuk sementara kami bisa tempati,” tuturnya. Kepala Desa Marinding, Jamila mengatakan, pasca-banjir sebagian rumah warga masih dipenuhi lumpur. Termasuk sampah sisa banjir masih banyak dan ada puluhan rumah warga yang rusak berat bahkan hanyut. “Di desa kami itu ada 8 unit rumah warga yang hanyut akibat banjir, selain itu sebanyak 39 unit rumah rusak berat, sekarang ini warga mengeluh karena rumahnya yang rusak sudah tidak bisa kembali untuk diperbaiki karena di lokasi itu sudah terbentuk sungai kecil-kecil,” ujar Jamila. Jamila menambahkan, dengan kondisi demikian warga berharap agar pemerintah daerah kabupaten, provinsi dan pusat untuk dibantu. Baca juga: Korban Longsor Desa Buntu Sarek Latimojong Luwu Pilih Jalan Kaki untuk Mengungsi “Warga berharap sama pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat untuk memindahkan lokasinya atau direlokasi atau diberikan bantuan rumah,” imbuh Jamila. Jamila menuturkan untuk lokasi persiapan relokasi puluhan warga di desanya masih tersedia lokasi kosong tetapi tidak semua korban harus berada di satu lokasi. “Lokasi masih ada dan siap tetapi tidak sekaligus 39 rumah tangga, kalau mereka terpisah ada yang 5 rumah tanga, ada yang 10 rumah tangga itu bisa,” ujar Jamila. Hingga saat ini warga Marinding sebagian masih tinggal di pengungsian seperti di gedung sekolah dasar (SD) ada 25 KK, di Masjid ada sekitar 5 KK, dan ada yang ikut saudara atau keluarga dekatnya sekitar 20 KK. “Kondisi mereka sekarang kalau masalah sembako itu melimpah, tapi yang dia butuhkan sekarang adalah alat rumah tangga semacam alat dapur dan alat makan," terang Jamila.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Korban Banjir Luwu yang Rumahnya Hanyut Terbawa Arus, Kini Menanti Perbaikan",